DEFINISI
Aids merupakan efek dari perkembang biakan virus HIV dalam
tubuh makhluk hidup. Virus yang menginfeksi system kekebalan tubuh merusak fungsi sel sel kekebalan
tubuh sehingga system kekebalan tubuh semakin lemah dan individu
semakin rentan terhadap penyakit-penyakit. (WHO)
PENYEBAB
HIV adalah anggota dari genus lentivirus, bagian dari
keluarga retroviridae yang
ditandai dengan periode latensi yang panjang dan sebuah sampul lipid dari sel-host awal yang mengelilingi sebuah pusat
protein/RNA. Dua spesies HIV menginfeksi manusia: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah
yang lebih "virulent" dan lebih mudah menular, dan merupakan sumber
dari kebanyakan infeksi HIV di seluruh dunia; HIV-2 kebanyakan masih terkurung
di Afrika barat
GEJALA
Gejala Aids meliputi :
1) Gejala
Mayor:
(a) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
(a) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
(b) Diare
kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
(c) Demam
berkepanjangan lebih dari 1 bulan
(d) Penurunan
kesadaran dan gangguan neurologis
(e) Demensia/
HIV ensefalopati
2) Gejala Minor:
(a) Batuk menetap lebih dari 1 bulan
(a) Batuk menetap lebih dari 1 bulan
(b) Dermatitis
generalisata
(c) Adanya
herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
(d) Kandidias
orofaringeal
(e) Herpes
simpleks kronis progresif
(f) Limfadenopati
generalisata
(g) Infeksi
jamur berulang pada alat kelamin wanita
(h) Retinitis
virus sitomegalo
Tahap / Stadium AIDS
Ada beberapa Tahapan ketika mulai
terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
1) Tahap 1: Periode
Jendela
a) HIV masuk ke dalam tubuh, sampai
terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
b) Tidak ada
tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c) Test HIV
belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
d) Tahap ini
disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu - 6 bulan
2) Tahap
2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
a) HIV berkembang biak dalam tubuh
b) Tidak ada tanda-tanda khusus,
penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c) Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV
seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
d) Umumnya
tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata
8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
3) Tahap 3: HIV Positif
(muncul gejala)
a) Sistem
kekebalan tubuh semakin turun
b) Mulai muncul gejala infeksi oportunistik,
misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
c) Umumnya berlangsung selama lebih dari 1
bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
4) Tahap 4: AIDS
a) Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat
lemah
b) Berbagai penyakit lain (infeksi
oportunistik) semakin parah
Penyebaran HIV AIDS
Menurut CDC penyebaran Aids meliputi
a. Penyebaran HIV
yang paling utama adalah:
1) Tidak menggunakan kondom ketika
berhubungan sex dengan penderita HIV
2) Mempunyai partner sex yang banyak atau
mempunyai penyakit menular sex lain dapat
meningkatkan risiko infeksi
3) Berbagi jarum suntik
4) Lahir dari ibu yang terinfeksi HIV
b. Penyebaran yang
lainnya dapat melalui :
1) Tertusuk jarum
yang terkontaminasi HIV. Biasanya terjadi pada tenaga kesehatan.
2) Menerima
transfusi darah, transplantasi organ/ jaringan yang terkontaminasi HIV.
3) Makanan yang dikunyahkan oleh
penderita HIV. Kontaminasi muncul ketika darah penderita HIV bercampur dengan makanan ketika
dikunyah(sangat jarang terjadi dan hanya ditemukan pada balita yang
dikunyahkan).
4) Kontak antara
kulit yang rusak, luka atau membran mukosa dengan darah yang terinfeksi HIV
atau darah yang terkontaminasi cairan tubuh.
5) Kecil
kemungkinan ditularkan melalui French kiss jika mulut atau gusi berdarah.
6) Tato atau tindik
menunjukkan penyebaran potensial HIV namun tidak ada kasus penularan HIV dari aktivitas ini yang
dilaporkan. Tatto dan tindik seharusnya memakai alat yang steril.
7) Pernah
dilaporkan di Eropa dan Afrika Utara dimana bayi terinfeksi melalui jarum
kemudian menularkan ke ibunya saat menyusui
HIV tidak dapat berkembang biak diluar
tubuh, sehingga tidak menyebar melalui :Air atau udara, serangga termasuk
nyamuk, air mata, keringat, jabat tangan, social kissing.
Pencegahan HIV AIDS (www.CDC.gov) :
1) Ketahui status HIV. Semua orang yang
berusia antara 13 dan 64 tahun harus di test HIV setidaknya sekali. Jika berada
di lingkungan yang berisiko tinggi HIV, maka test dilakukan setidaknya sekali
setahun.
2) Abstain (tidak melakukan hubungan
seksual atau menjalani hubungan monogamy dengan orang yang tidak tertular)
3) Batasi jumlah partner sex. Semakin
kecil partner sex, semakin kecil orang lain tertular HIV atau penyakit PMS lain.
4) Menggunakan condom secara benar dan
terus menerus. Kondom Latex lebih efektif mencegah penularan HIV dan PMS lain.
5) Menjalani test dan pengobatan PMS
termasuk partner sex juga.
6) Sirkumsisi bagi pria juga menunjukkan
dapat mengurangi penyebaran HIV
7) Mengurangi atau menghentikan
penggunaan obat suntik. Jika tidak dapat menghentikan obat suntik, gunakan
jarum steril
8) Memperoleh pengobatan medis segera
jika merasa terpapar HIV. Terkadang pengobatan dapat mencegah infeksi jika
cepat diperoleh. Ini disebut post-exposure prophylaxis
Pencegahan HIV (www.who.org) meliputi : Penggunaan kondom secara tepat dan konsisten,
mengurangi jumlah partner sex, tes HIV dan konseling, menunda hubungan sex,pengobatan
PMS dan sirkumsisi bagi pria.
WHO merekomendasikan pemberian imunisasi
bagi anak-anak dengan infeksi HIV tanpa gejala dengan vaksin-vaksin EPI
(EXPANDED PROGRAMME ON IMMUNIZATION); anak-anak yang menunjukkan gejala
sebaiknya tidak mendapat vaksin BCG. Di AS, BCG dan vaksin oral polio tidak
direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak yang terinfeksi HIV tidak
perduli terhadap ada tidaknya gejala, sedangkan vaksin MMR (measles-mumps-rubella)
dapat diberikan kepada anak dengan infeksi HIV.
Pencegahan dan pengendalian infeksi bagi
tenaga kesehatan (WHO) :
a) Lakukan kebersihan
tangan (gunakan sabun dan air atau alkohol oles), dan cuci pergelangan tangan
dan sela sela jari-jari, paling tidak 30 detik.
b) Gunakan sepasang sarung tangan untuk 1
pasien atau 1 prosedur (jangan menggunakan sarung tangan yang sama untuk lebih
dari 1 pasien)
c) Gunakan spuit, jarum suntik atau lancet
untuk 1 pasien
d) Disinfeksi/bersihkan kulit tempat penusukan
(jangan menyentuh lokasi penusukan setelah didisinfeksi)
e) Jangan meninggalkan jarum tanpa penutup
terletak di luar sharp container (tempat jarum)
f) Jangan menutup kembali jarum suntik
menggunakan kedua tangan
g) Sharp container (container jarum) jangan
sampai terlalu penuh
h) Letakkan tabung sampel lab di rak yang kokoh
sebelum menyuntik, hindari menyuntik sambil memegang tabung sampel lab
i) Laporkan segera kejadian / kecelakaan
yang berhubungan dengan jarum suntik dan cari pertolongan. Post Exposure
Prophylaxis tidak efektif lebih dari 72 jam.
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan bagi
yang terpapar / terkena HIV (WHO)
Rujuk orang yang terkena risiko penularan
kepada orang yang terlatih untuk mendapatkan evaluasi medis. Keputusan dilakukan tindakan PEP (Post
Exposure Prophylaxis) atau
tidak harus berdasarkan beberapa kriteria yaitu :
1) PEP direkomendasikan bila memenuhi
kriteria :
a) Terpapar dalam waktu kurang
dari 72 jam
b) Individu yang terpapar tidak
diketahui terinfeksi HIV
c) Sumber paparan adalah infeksi HIV atau
tidak diketahui
d) Paparannya adalah satu
atau lebih dari : darah, jaringan tubuh, cairan tampak bernoda darah,
terkonsentrasi virus, cairan cerebrospinal, cairan sinovial, cairan pleura,
cairan peritoneal, cairan ketuban,
e) Paparan melalui satu
atau lebih hal berikut: penetrasi kulit dengan perdarahan secara spontan atau
luka tusuk yang dalam, terpercik sejumlah cairan ke membran mukosa
2) PEP tidak direkomendasikan bila :
a) Lebih
dari 72 jam sejak terkena
b) Orang yang
terpapar sudah positif HIV
c) Paparan
ke cairan tubuh dari orang yang diketahui negatif HIV (sekalipun orang ini
terindikasi risiko tinggi terinfeksi dan berada pada tahap jendela
d) Paparan
berupa cairan non infeksius tubuh (misal feses, air ludah, urin, atau keringat)
b. Pengobatan.
Pengobatan HIV Aids secara medis menggunakan obat anti-retroviral virus (ARV). ARV adalah suatu obat yang adapat digunakan untuk
mencegah reproduksi retrovirus ( virus yang terdapat pada HIV). Obat ini tidak untuk mencegah penyebaran
HIV dari orang yang terinfeksi ke orang lain, tidak untuk menyembuhkan infeksi
HIV dan juga tidak berfungsi untuk membunuh virus (agar tidak berkembang
menjadi AIDS karena jika hal ni terjadi
maka akan membuat kerusakan pada sel tubuh yang terkena infeksi virus
tersebut). Antiretroviral digunakan untuk memblokir atau menghambat proses
reproduksi virus, membantu mempertahankan jumlah minimal virus di dalam tubuh
dan memperlambat kerusakan sistem kekebalan sehinga orang yang terinfeksi HIV
dapat merasa lebih baik/nyaman dan bisa menjalani kehidupan normal.
c. Nutrisi
a. Terdapat hubungan yang
komplex antara HIV dan nutrisi. HIV menurunkan sistem imun secara terus menerus
dan menyebabkan terjadinya malnutrisi. Malnutrisi menyebabkan menurunnya sistem
imun. Malnutrisi memperburuk efek HIV dan mempercepat proses AIDS.(WHO)
b. The Durban consultation
meeting Nutrition and
HIV/AIDS (2005 ) menyebutkan 6 area penting yang memerlukan perhatian dalam
perawatan dan pengobatan orang pengidap HIV AIDS, yaitu
1) Macronutrient
2) Micronutrient,
3) Nutrisi pada wanita hamil dan
menyusui,
4) Gangguan tumbuh kembang anak,
5) Pemberian asi dan penyebaran HIV
6) ARV (anti retro virus). Area tersebut
memberikan nutrisi adequate dan merupakan intervensi yang penting bagi
penderita HIV.
c. Nutrisi yang optimal dapat menolong penderita dalam :
1) Mempertahankan berat badan sehingga
meningkatkan produktivitas status kesehatan
2) Menurunkan masalah kesehatan yang
diakibatkan oleh HIV seperti diare, penurunan masa otot, berat badan turun dan
demam.
3) Meningkatkan sistem kekebalan melalui
pemberian vitamin dan mineral
4) Meningkatkan efektivitas pengobatan
melawan infeksi and Anti Retroviral Terapi.
5) Nutrisi merupakan bagian yang penting
dalam perawatan HIV, perawatan dan pengobatan HIV bukan hanya dengan
menyediakan anti-retroviral.
Prof.
Nigel Rollins, Maternal and Child Health, University of KwaZulu-Natal, Afrika
Selatan mengatakan diperlukan nutrisi yang tinggi bagi penderita HIV terutama
berkaitan dengan infeksi HIV dan kemungkinan terjangkitnya infeksi yang
berhubungan dengan HIV. Energi diperlukan ketika :10 % ketika tanpa gejala, 25-30%
dengan TB, penyakit paru-paru kronis dan diare persisten, 50-100 % ketika
terjadi malnutrisi yang serius. Efisiensi
penggunaan energi juga dipengaruhi dari ketersediaan micronutrien. Meskipun
demikian diperlukan keseimbangan diet diantara semua nutrient (makro dan
mikro).
Penurunan
selera makan dan asupan makanan merupakan penyebab utama terjadinya penurunan
berat badan pada penderita AIDS. Pertumbuhan yang terganggu biasanya terjadi
pada anak yang terinfeksi HIV dan menunjukkan perkembangan penyakit HIV serta
mengurangi harapan hidup. Diare pada anak biasanya berhubungan dengan kegagalan
pertumbuhan.
Pengaruh Sosial bagi
penderita AIDS
Penderita Aids seringkali mendapat reaksi yang tidak baik dengan
masyarakat. Hal terkait persepsi masyarakat terhadap penyakit ini. Kurangnya
sosialisasi tentang penyakit Aids menimbulkan berbagai tindakan yang berefek
penderita dikucilkan. Tindakan-tindakan pengasingan penolakan, diskriminasi,
dan penghindaran atas orang-orang yang diduga terinfeksi HIV merupakan dampak
sosial yang mereka terima di masyarakat. Oleh karena itu, beberapa intervensi
dilakukan untuk mengurangi efek tersebut diantaranya :
a. Pendekatan secara
informasi, pendekatan ioni bias dilakukan dengan memasanga iklan, leaflet,
penyuluhan kesehatan, dan presentasi kesehatan di kelas atau di perkuliahan.
Inforamsi yang disampaikan definisi penyakit, cara-cara penularan, cara-cara
untuk menurunkan resiko penularan.
b. Pendekatan secara
konsultasi,
c. Kontak dengan grup yang
terpapar di masyarakat
d. Meningkatkan tingkat
pengetahuan masyarakat
Download file + daftar pustaka dibawah ini