Stres diketahui bisa berdampak terhadap tubuh. Tapi jika
stres yang dialami cenderung parah maka kondisi ini bisa memicu timbulnya
reaksi alergi dari dalam tubuh.
Hampir sebagian besar orang tahu bahwa stres bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, tapi ternyata stres emosional dan mental bisa bernar-benar berdampak terhadap reaksi fisik termasuk alergi.
Beberapa penelitian sudah berusaha mencari tahu mengapa stres dapat memicu reaksi alergi, hasilnya diperkirakan sel mast sebagai pelaku dari kondisi yang timbul.
Ketika alergi, sel mast turut berpengaruh setelah antibodi immunoglobulin E bergabung dan memicu keluarnya zat defensif seperti antihistamin terhadap rangsangan dari alergen (pemicu alergi) seperti protein makanan dan serbuk sari.
Dalam Journal of Heuroimmunology tahun 2004 diketahui ketika seseorang stres, suatu immunoglobulin menyebabkan sel mast melepaskan histamin dan zat-zat lain yang dapat menciptakan alergi, seperti dikutip dari Livestrong, Kamis (3/11/2011).
Para peneliti dari Ohio State University telah menemukan stres dapat meningkatkan keparahan alergi yang ada. Tidak hanya reaksi kulit yang lebih besar tapi memicu reaksi lainnya yang lebih parah sehingga sulit untuk diobati.
Reaksi alergi yang paling sering dialami adalah gatal-gatal pada kulit yang kadang bisa membuat orang tersebut menjadi frustasi dalam mengetahui penyebabnya. Padahal University of Maruland Medical Center mencatat gatal-gatal ini bisa jadi sebagai respons dari stres itu sendiri.
Selain bisa memicu dan memperburuk reaksi alergi yang sudah ada, stres juga dapat memperburuk asma seperti berkontribusi dalam meningkatkan serangan asma.
Untuk itu jika gatal-gatal yang muncul di kulit tak juga diketahui penyebabnya atau reaksi alergi yang semakin parah, kemungkinan hal ini disebabkan oleh stres yang dialami. Salah satu cara mencegahnya adalah mencaritahu cara mengelola stres dengan baik.
Hampir sebagian besar orang tahu bahwa stres bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, tapi ternyata stres emosional dan mental bisa bernar-benar berdampak terhadap reaksi fisik termasuk alergi.
Beberapa penelitian sudah berusaha mencari tahu mengapa stres dapat memicu reaksi alergi, hasilnya diperkirakan sel mast sebagai pelaku dari kondisi yang timbul.
Ketika alergi, sel mast turut berpengaruh setelah antibodi immunoglobulin E bergabung dan memicu keluarnya zat defensif seperti antihistamin terhadap rangsangan dari alergen (pemicu alergi) seperti protein makanan dan serbuk sari.
Dalam Journal of Heuroimmunology tahun 2004 diketahui ketika seseorang stres, suatu immunoglobulin menyebabkan sel mast melepaskan histamin dan zat-zat lain yang dapat menciptakan alergi, seperti dikutip dari Livestrong, Kamis (3/11/2011).
Para peneliti dari Ohio State University telah menemukan stres dapat meningkatkan keparahan alergi yang ada. Tidak hanya reaksi kulit yang lebih besar tapi memicu reaksi lainnya yang lebih parah sehingga sulit untuk diobati.
Reaksi alergi yang paling sering dialami adalah gatal-gatal pada kulit yang kadang bisa membuat orang tersebut menjadi frustasi dalam mengetahui penyebabnya. Padahal University of Maruland Medical Center mencatat gatal-gatal ini bisa jadi sebagai respons dari stres itu sendiri.
Selain bisa memicu dan memperburuk reaksi alergi yang sudah ada, stres juga dapat memperburuk asma seperti berkontribusi dalam meningkatkan serangan asma.
Untuk itu jika gatal-gatal yang muncul di kulit tak juga diketahui penyebabnya atau reaksi alergi yang semakin parah, kemungkinan hal ini disebabkan oleh stres yang dialami. Salah satu cara mencegahnya adalah mencaritahu cara mengelola stres dengan baik.
(http://www.detikhealth.com,
03/11/2011)
Categories:
Info / berita,
tips